Friday, 6 June 2025

27

 Hai, aku Mahda, dan sekarang sedang berusia 27 tahun.

Siapa sangka aku bisa mencapai usia yang sekarang? Aku saja tidak menyangka. Padahal rasanya baru kemarin aku jatuh dari ayunan di taman kanak-kanak, rasanya baru kemarin aku latihan tari jaipong untuk kegiatan pramuka di sekolah dasar, baru kemarin aku melakukan pagelaran perpisahan di SMP, pulang malam untuk rapat dan dicaci maki oleh banci, baru kemarin tidur di atas rumput hijau cikal bakal perumahan (yang tentu saja sekarang sudah dibangun) yang dekat dengan SMAku, menatap langit biru dan awan putih bersama Puspita. Atau bahkan rasanya baru kemarin aku masuk kuliah, tersesat di gedung BAAK yang bahkan tidak terlalu besar, menemui gebetan pertamaku di kampus, seorang kakak tingkat berkulit putih dengan inisial A.

"Sini saya bantu tunjukin jalan"

Aih.. aih..

Ternyata itu sudah 8 tahun lalu. D e l a p a n t a h u n l a l u. Gila. Ternyata hidup memang sesingkat itu. 

Banyak sekali yang sudah terlewati. Tentu saja banyak. Segala hal, naik turun, susah senang, banyak sekali yang terjadi sampai usiaku yang sekarang. Lucunya, banyak hal-hal yang terjawab di usiaku yang sedang memasuki 'dewasa' sepenuhnya ini. Diantaranya adalah, kenapa orang dewasa kalau minum kopi sedikit-sedikit? Yang pertama karena giung, yang kedua, rasanya lebih nikmat jika dinikmati sedikit-sedikit, tanpa alasan, memang enak. Walaupun tetap jadi kurang enak jika sudah dingin.

Kemudian kedua, kenapa orang dewasa sama-sama pulang sore, tapi tidak bisa meluangkan waktu dan seperti tidak punya tenaga untuk bermain? Karena capek. Kerja dengan otak jauh lebih melelahkan daripada kerja dengan otot. Ketika berkegiatan banyak melibatkan pikiran dan perasaan (juga fisik tentu), itu jauuuhhhhh lebih melelahkan, bermain memang bersenang-senang, tapi kalau lelah jadi tidak menyenangkan juga, kami sekarang lebih suka tidur.

Selanjutnya, kenapa orang dewasa tidak bisa menembus hujan untuk pulang ke rumah jika terjebak hujan di luar? Waktu aku masih sekolah dasar, aku sering pulang dengan keadaan langit hujan, tapi aku cuek saja, toh hanya basah, dan beberapa orang yang tanya "kenapa hujan-hujanan?", tapi ya tidak masalah, aku pulang dan langsung ganti baju. Menyenangkannya lagi kalau ada teman, kita bisa main air, atau lari-larian dan tertawa-tawa. Menyenangkan. Tapi hujan-hujanan di usia dewasa sudah tidak bisa dilakukan karena yang pertama dan utama, malu. Untuk apa hujan-hujanan, seperti tidak mampu beli payung atau menggunakan kendaraan yang lebih layak saja. Rasanya jarang juga ada orang dewasa yang sengaja hujan-hujanan dan jalan kaki, terlihat aneh. Kenapa tidak tunggu reda? Apa tidak masuk angin? Dan ya, kami rentan masuk angin. Tapi sejujurnya, di umur 27, menurutku hujan-hujanan masih menyenangkan, kalau saja orang-orang tidak peduli.

Tapi di umur saat ini, ada hal menyebalkan yang aku rasakan. Kenapa aku tidak punya pemikiran sekarang di usiaku yang dulu-dulu? Bahkan sampai kuliah, aku masih merasa, bego banget anjir lu dulu. Aku banyak mengetahui banyak hal dari 0. Aku tidak tahu apakah ada yang salah dari proses belajarku, tapi banyak sekali yang aku ketinggalan tahu, ketika orang lain sudah tahu. Walaupun pengetahuan orang berbeda-beda ya, tapi aku se-tidak-tahu itu. Mungkin karena aku kurang peduli dan peka terhadap lingkungan, mungkin karena aku merasa hidupku aman dan nyaman, tapi ternyata hal itu menyulitkan di saat dewasa.

Jadi mungkin saranku pada orang-orang yang masih di usia 20-an, tolong eksplor lebih banyak hal. Orang yang usianya masih muda, dibawahku, terutama ketika kuliah, ternyata banyak sekali yang bisa ditelusuri, dicoba, dijalankan dan kesempatan-kesempatan seperti ini tidak akan datang dua kali, terutama saat kamu sudah kadung lulus kuliah dan terpaksa bekerja nine to five sehingga waktu-waktu kosong itu sudah tidak ada lagi. Let me tell you, setelah bekerja, waktumu benar-benar habis lebih cepat, dan sudah sulit untuk eksplor apapun. Bisa, tapi sulit dan perlu ada hal-hal yang dikorbankan. Teori anak-anak punya banyak energi dan waktu tidak punya uang, dewasa punya energi dan uang tapi tidak ada waktu, dan masa tua yang punya banyak waktu dan uang tapi tidak punya energi itu benar adanya.

Aku rasa tulisan ini mulai membosankan.

Hanya saja, yang ingin aku sampaikan, banyak hal yang terjadi, dan semakin dewasa rasanya entah kenapa semakin sulit. Teman-temanmu berkurang, waktumu berkurang, tanggung jawabmu semakin besar dan semakin banyak. Satu pertanyaan lagi terjawab, kenapa orang dewasa selalu bilang nikmati waktumu, jangan terburu-buru ingin dewasa. Karena dewasa itu tidak enak! (kecuali bagian bisa punya uang dan bersenang-senang, itu juga jarang, hm).

Quarter life crisis juga benar adanya, banyak kebingungan yang dirasakan di umurku yang sekarang. Banyak pilihan-pilihan yang muncul, tapi ada kalanya tidak ada pilihan yang mudah. Bingung menentukan arah hidup mau kemana, karena masa depan tergantung aku pada saat ini, dan pilihan-pilihan yang kubuat. Hidupku banyak gelisah dan batinku selalu berbisik: aku tidak nyaman.

Aku yang dulu selalu bersemangat dan selalu mengingatkan diriku sendiri untuk bersyukur, sekarang tidak ada, karena bertahan pun rasanya susah payah sekali. Dan aku sendirian. Padahal banyak hal-hal menyenangkan yang aku alami, atau mungkin Karma Ura dalam buku Bliss benar, bahagia itu relasional, jadi sulit bahagia ketika aku bahagia sendirian. Entahlah.

Itu dulu saja, tapi aku tetap senang dan nyaman dengan hidupku kok! Aku cuma, agak kehilangan arah dan bingung saja. Tapi semoga hal-hal ini, pertanyaan-pertanyaan baru yang muncul di usiaku yang 27 tahun, akan terjawab juga kelak, dan tentunya, membuatku nyaman kembali.



Note: tulisan ini dibuat di sore hari yang sejuk, agak gelap karena mendung, disamping jendela, diluar sedang hujan rintik-rintik. Dan perasaanku sedang nyaman.

Monday, 13 May 2024

Bapaknya Kerja Apa?

Aku hampir saja jadi anak yang tidak bersyukur. 

Beberapa waktu ini, kalau melihat orang beruntung, terutama yang tajir melintir, refleks otakku bertanya: "Bapaknya kerja apa ya?"

Bapaknya kerja apa, kok bisa keluar negeri tiap hari? 
Bapaknya kerja apa, kok bisa makan enak setiap hari? 
Bapaknya kerja apa, kok bisa masuk sekolah bagus? 

Tiba-tiba pikiran itu melintir jadi, papaku kerjanya cuma tukang fotokopi, pekerjaan sebelumnya juga cuma buruh pabrik, pantas aja aku tidak bisa ini dan itu.

Kemudian kepelintir lagi. Apa harusnya aku tidak bersyukur dan menyalahkan papa? 

Aku hampir aja jadi anak yang durhaka. 

Papaku memang cuma tukang fotokopi, tapi beliau berhasil membangun rumah yang nyaman untuk kami tinggal, berhasil membelikan barang-barang yang aku mau, berhasil merayakan ulang tahunku setiap tahun dengan kado-kado kecil, berhasil membawaku ke gramedia untuk rekreasi, berhasil menyekolahkanku sampai S1 dan sekarang sudah bekerja dan mampu menghidupi diriku sendiri. 

Papaku dulu cuma anak seorang tukang bajigur, rela merantau, jauh dari keluarga untuk mencapai mimpi besarnya agar bisa kerja kantoran, berusaha menamatkan kuliahnya padahal sudah ditinggal lama dan nilai hampir C semua, berusaha memahami Bahasa Indonesia padahal awalnya hanya bisa bahasa jawa. 

Ia, sudah sangat berhasil dan sudah sangat berusaha agar aku bisa sejauh ini. Terima kasih ya, Pa. Aku akan lanjutkan perjuangan ini. Untuk aku, untuk papa, dan untuk masa depanku dengan orang-orang sekitarku.

Monday, 23 October 2023

Petualangan Sherina 2: Curhat Masa Lalu dan Review

Saya memiliki beberapa core memory dari masa kecil saya dan Petualangan Sherina juga masuk ke dalam salah satunya.


Saya ingat saat itu saya sedang mudik ke rumah alm. nenek di Banjarsari. Saya tidak ingat umur berapa, tapi di usia itu saya masih suka gelendotan ke papa saya, masih anak manja. Ketika itu saya ditawari untuk dipinjamkan CD Petualangan Sherina (yang saya baru tahu ternyata film itu sangat laris di bisokop). Petualangan Sherina diliris tahun 2000, tapi ketika saya pegang CD itu kemungkinan usia saya diantara 3-5 tahun berarti sekitar tahun 2001-2003 (karna saya ingat, ketika saya akan SD saya ingin seperti Sherina).


Pemilik CD itu adalah saudara saya, anak dari bibi yang saya panggi A Ferry (sampai sekarang masih belum menemukan cara minta maaf ke A Ferry karena nggak pernah ngembaliin CD itu sampe CD nya hilang/rusak). Singkat cerita, CD itu saya bawa ke rumah, termasuk CD lagu-lagu Sherina (yang salah satunya memuat lagu I Have a Dream featuring Westlife, yang sampai papa tulisin liriknya di buku katanya supaya aku bisa hafal sekaligus sekalian belajar bahasa inggris katanya).


Jujur saya tidak begitu ingat apa yang terjadi atau bagaimana respon saya setelah menonton film tersebut, yang saya ingat, saya suka lagu-lagunya, terutama lagu "Pelangiku", yang sering saya reka adegannya dengan diam di depan jendela ketika hujan, dan saya nyanyikan lagu itu sambil pura-pura jadi Sherina. Saya tidak ikut pakai plester dan bekal makan permen chach*, tapi saya cenderung suka dengan lagu-lagunya, termasuk lagu Andai Aku Tlah Dewasa yang dulu selalu malu jika saya nyanyikan di depan orang tua (wkwk). Saya juga jadi fans Sherina bertahun-tahun dan mencoba selalu mengikuti karir beliau. Saya juga mengikuti karirnya Derby, tapi nggak se-mengikuti karir Sherina. Setelah saya lihat ulang, Sherina di umur segitu, bisa nyanyi dan main film, ternyata emang keren banget, iya nggak sih? Yang paling baru dan paling terakhir, album Sherina yang saya ikuti adalah Tuna. Saya nggak paham perasaan ketika mendengar lagu-lagu di album Tuna, saya tidak begitu suka, tapi di sisi lain saya suka (iya saya juga nggak paham).


Selain hal-hal di atas, Petualangan Sherina juga (yang saya yakin semua orang sama dalam hal ini), memperkenalkan kita ke Bosscha Observatory. Saya menyimpan keinginan pergi ke Bosscha selama belasan tahun dan kemarin baru kesampaian. Mungkin yang ini akan saya ceritakan di postingan berikutnya.


Berikutnya, ternyata, setelah 23 tahun rilisnya Petualangan Sherina, mereka memutuskan membuat sekuelnya di tahun 2023, tahun ini. Saya sebenarnya tidak terlalu exited, hanya senang sekali(?) gimana ya bilangnya, atau mungkin saya memang exited, tapi exited yang biasa aja. Pasalnya, film ini kan udah lamaaaaaaaaaaaa banget, jadi saya nggak mau terlalu berekspetasi, saya nggak percaya film ini bisa sebagus film pertamanya, semacam itu. Tapi tentu saya tetap senang karena bisa melihat Sherina dan Sadam bareng-bareng lagi, ini yang bikin exited.


Filmnya rilis tanggal 28 September 2023, niatnya saya pengen nonton langsung karna penasaran, tapi karna mager (dan duit tipis), saya tunda ke tanggal 1 sekalian pergi main dengan temen-temen kuliah. Di sini jujur saya bete banget karna ketingalan filmnya 30 menit karna macet, gara-gara terlalu santai. Tapi keobatin banget sama filmnya dan jadi ada alasan buat nonton ulang wkwk.


Saya mutusin buat nonton ulang sendirian (karna saya pikir saya dan Petualangan Sherina itu pengalaman personal, saya pengen nikmatin ini sendirian). Dan ini diluar kebiasaan saya (yang sangat hemat dan sayang buat ngehamburin duit), saya nonton film bioskop lebih dari satu kali, kayaknya ini emang khusus buat Petualangan Sherina aja. Di kali kedua nonton, saya juga pilih lokasi dan jam tayang yang pake Dolby Atmos, biar lebih mantap.


Sebelum masuk ke review, saya mau marah-marah dulu, di kali kedua saya nonton film ini, ada satu geng yang duduk di row B belakang saya, dan kakinya gamau diem, banyak komentar, berisik, padahal dari yang saya denger, mereka udah kerja, tapi adab nya di umum astaghfirullohaladzim banget. Untung mood saya lagi bagus, pasangan sebelah saya juga berisik, sebagai pelajaran, kalau nonton sendiri lagi mungkin saya bakal pilih di row A aja. Buat orang-orang yang berisik dan gamau diem di bioskop, semoga kalian minimal tau kalau kalian itu norak ;(


Oke ini review saya untuk Petualangan Sherina 2.


Saya akan mulai dari pujian, saya SUKA BANGET film ini. Film ini berhasil bikin saya senyum-senyum sendiri, vibesnya juga hangat dan menyenangkan. Jujur belakangan saya kurang merasa happy di kantor, tapi setelah pulang nonton Petualangan Sherina 2, saya agak merasa hidup kembali, sampai pulang juga lagu-lagunya masih saya senandungkan. Seminggu full saya nonton interview mereka di media, dan itu jujur mewarnai hari-hari saya, jadi nggak membosankan gitu, kaya kalau fans kpop lagi nontonin idolanya, rasa 'menyenangkan' itu yang saya rasakan.


Tapi jika saya boleh komentar, sebenarnya film ini tidak se-seru Petualangan Sherina yang pertama. Dari segi premis sebenarnya sudah menarik, cuma ketika dieksekusi, menurut saya terasa ada yang kurang. Misalnya dari segi villain, Isyana sama Chandra udah punya vibes yang bagus sebagai villain, kemunculan mereka juga menghibur, cuma kaya kurang banyak(?), kurang jahat(?), karakter mereka menurut saya masih bisa di eksplor dan dibuat lebih kompleks, kalau di sini, mereka cuma bener-bener kaya tambahan aja biar ada sosok kaya 'Kertarajasa' dan Natasya. I mean, Kertarajasa sangat jauh lebih karismatik dari segi karakter. Menurut saya, Petualangan Sherina 2 terlalu fokus pada karakter utama. Betul kita sama-sama tau kalau kita memang ingin lihat Sadam dan Sherina, tapi dari segi plot jadi terasa kurang, walaupun dua karakter ini memang berhasil membuat kita serasa kembali ke masa lalu.


Alur ceritanya untuk saya terasa indah dan magical, tapi juga terasa 'mudah', maksudnya, segampang itu ngalahin penjahatnya, padahal saya yakin Syailendra dan Ratih bisa digali lagi karakternya dan diperbanyak scene nya. Ngalahin penjahatnya juga terasa klise, dan menurut saya harusnya Pinkan nggak semudah itu dikalahkan sama dua amatir wkwk, walaupun diceritakan mereka punya basic bela diri yang bagus. Initnya kekalahan villain untuk saya terlalu mudah.


Kemudian, buat saya, ada scene lagu yang terlalu panjang, saya paham ini film musikal, tapi menurut saya lebih bagus kalau ada cerita dari sudut lain yang diceritakan daripada memperpanjang durasi di lagu (maksud saya mungkin lagu di film bisa di cut, tidak perlu full). Ada yang bilang film ini durasinya kepanjangan, menurut saya nggak masalah asal konfliknya dibuat lebih jelas dan kompleks, pasti bakal lebih seru. IMO. Bukan saya meragukan Sherina, lagu-lagunya menurut saya bagus dan beliau scoringnya sangat-sangat oke luar biasa, cuma lebih ke komposisi filmnya aja yang menurut saya perlu dibenahi. Ada hal-hal lain yang menjadi plot hole buat saya, tapi cukup deh karena yang menurut saya yang paling major yang ini.


Intinya menurut saya, film ini terlalu fokus pada character development Sherina dan Sadam, betul hasilnya bagus sekali, tapi elemen-elemen lainnya jadi terlupakan, agak sayang. Tapi saya tetap suka sekali dengan filmnya, karena elemen nostalgianya memang se-'dapet' itu. Saya juga ingin memuji chemistry Sherina sama Derby, saya suka banget! Karakter mereka juga saya suka, charater development Sadam yang jadi jagoan, dan Sherina yang rese tuh realistis. Dan juga Isyana tuh sumpah, suka banget sama karakternya, karna lawakannya kena di saya. Selain itu, yang paling saya suka jujur adalah endingnya, ditutup dengan cantik, menurut saya endingnya sangat pas, cukup, nggak perlu digali lagi hubungan Sherina dan Sadam, seperti apa. Saya nggak bisa menggambarkan perasaan itu gimana, tapi jujur saya sayang banget sama film Petualangan Sherina. Kalau saya boleh berterima kasih, sumpah makasih banget buat Riri Riza, Mira Lesmana, dan pihak-pihak lain yang terlibat dalam film ini, baik Petualangan Sherina 1 ataupun Petualangan Sherina 2. Luar biasa banget pokoknya! Saya sampai nonton 2 kali loh! Saya yang pelit banget ini wkwk, karena memang mereka menyimpan banyak kenangan di benak saya. Terima kasih, terima kasih!


Cuma di sini saya menolak mereka dibuat sekuel lanjutannya, mungkin beberapa tahun lagi boleh, saya cuma takut vibes menyenangkan dari Petualangan Sherina ini cepat hilang, alias saya masih menikmati yang ke-dua. Kalau ada sekuel, takutnya tidak sesuai ekspetasi atau malah jadi membosankan. Gitu.


Sekian curhat dan reviewnya, salam banyak-banyak buat mas yayang yang udah aku pantengin nyaris sebulan ini ;) *wink