Gadis itu berdiri di ujung tebing. Angin laut menghempaskan rambutnya sehingga berterbangan tak beraturan. Dress selututnya berkibar namun ia pegang erat dengan tangan kanannya agar tetap menutupi tungkai kaki. Tangan kirinya memegang topi lebar agar tidak terbawa angin pula. Menghampirinya, Bayu berjalan perlahan.
"Kamu tidak takut berdiri di sini? Tebing ini curam loh." Ia menggeleng. Pandangannya lurus kedepan. "Anginnya juga besar. Bisa-bisa kamu terbawa sampai jatuh ke laut sana." Bayu tertawa kecil, mencoba menggodanya.
"Apaan sih, Bay." ujarnya datar, tapi terbit pula senyum di wajahnya. Mereka diam sesaat. Angin meniup rambut panjang gadis itu, disisirnya beberapa kali agar tidak begitu berantakan.
"Jadi, kamu mau mengatakan siapa orang yang kamu sukai sekarang? Bukannya tadi kamu bilang kamu akan cerita setelah kita sampai?" Bayu bertanya hit the point. Gadis itu, Naila, nampak agak kaget dengan pertanyaan yang dilontarkan Bayu. Tingkahnya jadi aneh. "Belum mau cerit..?"
"Aku suka angin." ujarnya tiba-tiba, memotong ucapan Bayu. Bayu terlihat berpikir sejenak. Itu alasan ia ingin berdiri di atas tebing?
"Kamu suka angin? Bahkan itu bukan pertanyaan... ku."
Angin?
Bayu terhenyak. Seperti baru menyadari sesuatu, ia menatap gadis itu cepat.
"Aku suka angin," ujarnya lagi. Naila menatap Bayu lekat-lekat menunjukkan keseriusannya. Ia berkata dengan mantap sebelum akhirnya kembali menatap laut dan menurunkan pinggiran topi untuk menutup wajahnya. Semburat merah muncul di sana. Bayu memalingkan wajah untuk menutupi senyumnya. Pipinya juga memerah.
No comments:
Post a Comment