Kamu
adalah tokoh utama dalam ceritaku. Tapi aku hanyalah figuran dalam ceritamu.
***
~Biela Point of View~
Aku melangkah menuju pintu kelas
dengan langkah tergesa. Rian sudah sekolah! Aku mengintip di balik pintu,
punggung Rian terlihat menjauh. Aku tersenyum.
"Sudah sembuh ya?"
bisikku. Wajahku memerah dan langsung tertawa keras-keras. Beberapa orang
langsung menengok dan aku langsung menutup mulutku dengan kedua tangan.
"Ada apa sih?" tanya teman
sebangkuku. "Pasti Rian." ujarnya tanpa menunggu jawabanku.
"Ketebak ya?" Kemudian aku
tertawa-tawa lagi. Aku Biela, dan ini teman sebangkuku Adelia yang biasa
kupanggil Adel. Dan yang lewat tadi... uhm... Rian. Jangan tanya aku siapa dia.
...
Oh, baiklah, aku tak tahan. Aku akan
menceritakannya sedikit padamu. Rian Aditya, seorang siswa kelas 12, salah satu
pemain basket terbaik di sekolah kami. Tinggi dan menawan. Dan aku menyukainya.
Tapi Rian jahat! Ia tidak pernah mau menyapaku, padahal kami saling kenal. Aku
benci sikapnya itu, tapi aku lebih benci pada diriku sendiri karena selalu
berdebar jika bertemu dengannya, selalu memikirkannya, memimpikannya, cemburu
pada orang-orang di sekitarnya dan tiba-tiba tersenyum jika ia ada.
Aaaaaahhhhh! Dia ini membuatku kesal!
***
~Rian Point of View~
Aku masuk menuju gerbang sekolah
dengan langkah gontai. Malas sekali. Harusnya aku pura-pura masih sakit saja.
Lapangan basket ramai, ah, aku juga rindu main basket, mungkin pulang sekolah
nanti aku akan main. Mungkin juga hari ini tidak akan terlalu buruk.
Baiklah, mungkin ini hari yang
buruk. Dari tadi tak ada guru yang masuk ke kelas, aku tidak ada kerjaan dan
kepalaku mulai pusing lagi. Lebih baik aku ke kamar mandi sebentar.
Aku melangkah menuju kamar mandi,
udara begitu kering dan matahari begitu terik. Panas. Entah kenapa hal ini
membuatku makin merasa buruk. Saat tengah melangkah, aku melihat dua orang
gadis tengah berjalan ke arahku. Aku mengenal mereka. Yang itu Biela. Dan yang
satunya...
"Adeliaaa!"
"Hai Rian!"
Aku dan Biela berucap berbarengan.
Aku menatap Biela sebentar dan tersenyum. Kemudian seluruh perhatianku tertuju
pada Adelia.
"Del, lo kok nggak jenguk gue
sih kemarin? Biela aja datang." ujarku.
"Sori, Yan, gue ada rapat waktu
itu. Tapi lo udah sehat kan? Semoga lo gak sakit lagi ya." jawab Adelia.
Entah kenapa, perhatian sepele ini membuatku senang.
"Iya. Gue udah baikan. Thanks
ya, Del." ujarku tulus. Kemudian Biela dan Adelia meninggalkanku. Dan
terakhir yang kutahu, ini adalah salah satu hari terbaik yang pernah kualami!
***
No comments:
Post a Comment