Sunday, 8 November 2015

Tokoh Utama


Kamu adalah tokoh utama dalam ceritaku. Tapi aku hanyalah figuran dalam ceritamu.

***

~Biela Point of View~ 

Aku melangkah menuju pintu kelas dengan langkah tergesa. Rian sudah sekolah! Aku mengintip di balik pintu, punggung Rian terlihat menjauh. Aku tersenyum.
"Sudah sembuh ya?" bisikku. Wajahku memerah dan langsung tertawa keras-keras. Beberapa orang langsung menengok dan aku langsung menutup mulutku dengan kedua tangan.
"Ada apa sih?" tanya teman sebangkuku. "Pasti Rian." ujarnya tanpa menunggu jawabanku.
"Ketebak ya?" Kemudian aku tertawa-tawa lagi. Aku Biela, dan ini teman sebangkuku Adelia yang biasa kupanggil Adel. Dan yang lewat tadi... uhm... Rian. Jangan tanya aku siapa dia.
...
Oh, baiklah, aku tak tahan. Aku akan menceritakannya sedikit padamu. Rian Aditya, seorang siswa kelas 12, salah satu pemain basket terbaik di sekolah kami. Tinggi dan menawan. Dan aku menyukainya. Tapi Rian jahat! Ia tidak pernah mau menyapaku, padahal kami saling kenal. Aku benci sikapnya itu, tapi aku lebih benci pada diriku sendiri karena selalu berdebar jika bertemu dengannya, selalu memikirkannya, memimpikannya, cemburu pada orang-orang di sekitarnya dan tiba-tiba tersenyum jika ia ada. Aaaaaahhhhh! Dia ini membuatku kesal!
***
~Rian Point of View~

Aku masuk menuju gerbang sekolah dengan langkah gontai. Malas sekali. Harusnya aku pura-pura masih sakit saja. Lapangan basket ramai, ah, aku juga rindu main basket, mungkin pulang sekolah nanti aku akan main. Mungkin juga hari ini tidak akan terlalu buruk.
Baiklah, mungkin ini hari yang buruk. Dari tadi tak ada guru yang masuk ke kelas, aku tidak ada kerjaan dan kepalaku mulai pusing lagi. Lebih baik aku ke kamar mandi sebentar.
Aku melangkah menuju kamar mandi, udara begitu kering dan matahari begitu terik. Panas. Entah kenapa hal ini membuatku makin merasa buruk. Saat tengah melangkah, aku melihat dua orang gadis tengah berjalan ke arahku. Aku mengenal mereka. Yang itu Biela. Dan yang satunya...
"Adeliaaa!"
"Hai Rian!"
Aku dan Biela berucap berbarengan. Aku menatap Biela sebentar dan tersenyum. Kemudian seluruh perhatianku tertuju pada Adelia.
"Del, lo kok nggak jenguk gue sih kemarin? Biela aja datang." ujarku.
"Sori, Yan, gue ada rapat waktu itu. Tapi lo udah sehat kan? Semoga lo gak sakit lagi ya." jawab Adelia. Entah kenapa, perhatian sepele ini membuatku senang.
"Iya. Gue udah baikan. Thanks ya, Del." ujarku tulus. Kemudian Biela dan Adelia meninggalkanku. Dan terakhir yang kutahu, ini adalah salah satu hari terbaik yang pernah kualami!

***


No comments:

Post a Comment