Monday 23 October 2023

Petualangan Sherina 2: Curhat Masa Lalu dan Review

Saya memiliki beberapa core memory dari masa kecil saya dan Petualangan Sherina juga masuk ke dalam salah satunya.


Saya ingat saat itu saya sedang mudik ke rumah alm. nenek di Banjarsari. Saya tidak ingat umur berapa, tapi di usia itu saya masih suka gelendotan ke papa saya, masih anak manja. Ketika itu saya ditawari untuk dipinjamkan CD Petualangan Sherina (yang saya baru tahu ternyata film itu sangat laris di bisokop). Petualangan Sherina diliris tahun 2000, tapi ketika saya pegang CD itu kemungkinan usia saya diantara 3-5 tahun berarti sekitar tahun 2001-2003 (karna saya ingat, ketika saya akan SD saya ingin seperti Sherina).


Pemilik CD itu adalah saudara saya, anak dari bibi yang saya panggi A Ferry (sampai sekarang masih belum menemukan cara minta maaf ke A Ferry karena nggak pernah ngembaliin CD itu sampe CD nya hilang/rusak). Singkat cerita, CD itu saya bawa ke rumah, termasuk CD lagu-lagu Sherina (yang salah satunya memuat lagu I Have a Dream featuring Westlife, yang sampai papa tulisin liriknya di buku katanya supaya aku bisa hafal sekaligus sekalian belajar bahasa inggris katanya).


Jujur saya tidak begitu ingat apa yang terjadi atau bagaimana respon saya setelah menonton film tersebut, yang saya ingat, saya suka lagu-lagunya, terutama lagu "Pelangiku", yang sering saya reka adegannya dengan diam di depan jendela ketika hujan, dan saya nyanyikan lagu itu sambil pura-pura jadi Sherina. Saya tidak ikut pakai plester dan bekal makan permen chach*, tapi saya cenderung suka dengan lagu-lagunya, termasuk lagu Andai Aku Tlah Dewasa yang dulu selalu malu jika saya nyanyikan di depan orang tua (wkwk). Saya juga jadi fans Sherina bertahun-tahun dan mencoba selalu mengikuti karir beliau. Saya juga mengikuti karirnya Derby, tapi nggak se-mengikuti karir Sherina. Setelah saya lihat ulang, Sherina di umur segitu, bisa nyanyi dan main film, ternyata emang keren banget, iya nggak sih? Yang paling baru dan paling terakhir, album Sherina yang saya ikuti adalah Tuna. Saya nggak paham perasaan ketika mendengar lagu-lagu di album Tuna, saya tidak begitu suka, tapi di sisi lain saya suka (iya saya juga nggak paham).


Selain hal-hal di atas, Petualangan Sherina juga (yang saya yakin semua orang sama dalam hal ini), memperkenalkan kita ke Bosscha Observatory. Saya menyimpan keinginan pergi ke Bosscha selama belasan tahun dan kemarin baru kesampaian. Mungkin yang ini akan saya ceritakan di postingan berikutnya.


Berikutnya, ternyata, setelah 23 tahun rilisnya Petualangan Sherina, mereka memutuskan membuat sekuelnya di tahun 2023, tahun ini. Saya sebenarnya tidak terlalu exited, hanya senang sekali(?) gimana ya bilangnya, atau mungkin saya memang exited, tapi exited yang biasa aja. Pasalnya, film ini kan udah lamaaaaaaaaaaaa banget, jadi saya nggak mau terlalu berekspetasi, saya nggak percaya film ini bisa sebagus film pertamanya, semacam itu. Tapi tentu saya tetap senang karena bisa melihat Sherina dan Sadam bareng-bareng lagi, ini yang bikin exited.


Filmnya rilis tanggal 28 September 2023, niatnya saya pengen nonton langsung karna penasaran, tapi karna mager (dan duit tipis), saya tunda ke tanggal 1 sekalian pergi main dengan temen-temen kuliah. Di sini jujur saya bete banget karna ketingalan filmnya 30 menit karna macet, gara-gara terlalu santai. Tapi keobatin banget sama filmnya dan jadi ada alasan buat nonton ulang wkwk.


Saya mutusin buat nonton ulang sendirian (karna saya pikir saya dan Petualangan Sherina itu pengalaman personal, saya pengen nikmatin ini sendirian). Dan ini diluar kebiasaan saya (yang sangat hemat dan sayang buat ngehamburin duit), saya nonton film bioskop lebih dari satu kali, kayaknya ini emang khusus buat Petualangan Sherina aja. Di kali kedua nonton, saya juga pilih lokasi dan jam tayang yang pake Dolby Atmos, biar lebih mantap.


Sebelum masuk ke review, saya mau marah-marah dulu, di kali kedua saya nonton film ini, ada satu geng yang duduk di row B belakang saya, dan kakinya gamau diem, banyak komentar, berisik, padahal dari yang saya denger, mereka udah kerja, tapi adab nya di umum astaghfirullohaladzim banget. Untung mood saya lagi bagus, pasangan sebelah saya juga berisik, sebagai pelajaran, kalau nonton sendiri lagi mungkin saya bakal pilih di row A aja. Buat orang-orang yang berisik dan gamau diem di bioskop, semoga kalian minimal tau kalau kalian itu norak ;(


Oke ini review saya untuk Petualangan Sherina 2.


Saya akan mulai dari pujian, saya SUKA BANGET film ini. Film ini berhasil bikin saya senyum-senyum sendiri, vibesnya juga hangat dan menyenangkan. Jujur belakangan saya kurang merasa happy di kantor, tapi setelah pulang nonton Petualangan Sherina 2, saya agak merasa hidup kembali, sampai pulang juga lagu-lagunya masih saya senandungkan. Seminggu full saya nonton interview mereka di media, dan itu jujur mewarnai hari-hari saya, jadi nggak membosankan gitu, kaya kalau fans kpop lagi nontonin idolanya, rasa 'menyenangkan' itu yang saya rasakan.


Tapi jika saya boleh komentar, sebenarnya film ini tidak se-seru Petualangan Sherina yang pertama. Dari segi premis sebenarnya sudah menarik, cuma ketika dieksekusi, menurut saya terasa ada yang kurang. Misalnya dari segi villain, Isyana sama Chandra udah punya vibes yang bagus sebagai villain, kemunculan mereka juga menghibur, cuma kaya kurang banyak(?), kurang jahat(?), karakter mereka menurut saya masih bisa di eksplor dan dibuat lebih kompleks, kalau di sini, mereka cuma bener-bener kaya tambahan aja biar ada sosok kaya 'Kertarajasa' dan Natasya. I mean, Kertarajasa sangat jauh lebih karismatik dari segi karakter. Menurut saya, Petualangan Sherina 2 terlalu fokus pada karakter utama. Betul kita sama-sama tau kalau kita memang ingin lihat Sadam dan Sherina, tapi dari segi plot jadi terasa kurang, walaupun dua karakter ini memang berhasil membuat kita serasa kembali ke masa lalu.


Alur ceritanya untuk saya terasa indah dan magical, tapi juga terasa 'mudah', maksudnya, segampang itu ngalahin penjahatnya, padahal saya yakin Syailendra dan Ratih bisa digali lagi karakternya dan diperbanyak scene nya. Ngalahin penjahatnya juga terasa klise, dan menurut saya harusnya Pinkan nggak semudah itu dikalahkan sama dua amatir wkwk, walaupun diceritakan mereka punya basic bela diri yang bagus. Initnya kekalahan villain untuk saya terlalu mudah.


Kemudian, buat saya, ada scene lagu yang terlalu panjang, saya paham ini film musikal, tapi menurut saya lebih bagus kalau ada cerita dari sudut lain yang diceritakan daripada memperpanjang durasi di lagu (maksud saya mungkin lagu di film bisa di cut, tidak perlu full). Ada yang bilang film ini durasinya kepanjangan, menurut saya nggak masalah asal konfliknya dibuat lebih jelas dan kompleks, pasti bakal lebih seru. IMO. Bukan saya meragukan Sherina, lagu-lagunya menurut saya bagus dan beliau scoringnya sangat-sangat oke luar biasa, cuma lebih ke komposisi filmnya aja yang menurut saya perlu dibenahi. Ada hal-hal lain yang menjadi plot hole buat saya, tapi cukup deh karena yang menurut saya yang paling major yang ini.


Intinya menurut saya, film ini terlalu fokus pada character development Sherina dan Sadam, betul hasilnya bagus sekali, tapi elemen-elemen lainnya jadi terlupakan, agak sayang. Tapi saya tetap suka sekali dengan filmnya, karena elemen nostalgianya memang se-'dapet' itu. Saya juga ingin memuji chemistry Sherina sama Derby, saya suka banget! Karakter mereka juga saya suka, charater development Sadam yang jadi jagoan, dan Sherina yang rese tuh realistis. Dan juga Isyana tuh sumpah, suka banget sama karakternya, karna lawakannya kena di saya. Selain itu, yang paling saya suka jujur adalah endingnya, ditutup dengan cantik, menurut saya endingnya sangat pas, cukup, nggak perlu digali lagi hubungan Sherina dan Sadam, seperti apa. Saya nggak bisa menggambarkan perasaan itu gimana, tapi jujur saya sayang banget sama film Petualangan Sherina. Kalau saya boleh berterima kasih, sumpah makasih banget buat Riri Riza, Mira Lesmana, dan pihak-pihak lain yang terlibat dalam film ini, baik Petualangan Sherina 1 ataupun Petualangan Sherina 2. Luar biasa banget pokoknya! Saya sampai nonton 2 kali loh! Saya yang pelit banget ini wkwk, karena memang mereka menyimpan banyak kenangan di benak saya. Terima kasih, terima kasih!


Cuma di sini saya menolak mereka dibuat sekuel lanjutannya, mungkin beberapa tahun lagi boleh, saya cuma takut vibes menyenangkan dari Petualangan Sherina ini cepat hilang, alias saya masih menikmati yang ke-dua. Kalau ada sekuel, takutnya tidak sesuai ekspetasi atau malah jadi membosankan. Gitu.


Sekian curhat dan reviewnya, salam banyak-banyak buat mas yayang yang udah aku pantengin nyaris sebulan ini ;) *wink

Wednesday 16 March 2022

24

Today I'm turning 24!

It's not really exiting, tapi aku agak senang sedikit daripada hari hari biasanya.

Di pikiranku, ulang tahun masih sesuatu yang menyenangkan. Walaupun nggak ada pesta atau hadiah. Tapi ada sekelebat pikiran yang membuat aku jadi bersyukur.

Bersyukur masih diberikan kesempatan hidup.
Bersyukur masih bisa berkumpul dengan keluarga.
Bersyukur masih bisa makan.
Bersyukur punya teman-teman yang baik.

Ucapan yang datang ngga banyak, aku juga nggak berharap semua orang ngucapin. Tapi untuk orang-orang yang meluangkan waktu untuk ngasih ucapan selamat dan memberikan doa, I really apreciate that, thank you so much, really. Terutama untuk papaku tercinta. I cry when I read message from him, and I don't know why 😂. I just so grateful that he still there with me now, I love you so much pap!

Buat yang bela belain bangun dan ngucapin tengah malem, Kiki, makasih yaa. You make my mood up.

Itu aja.

Sunday 6 March 2022

Ke Ujung Langit

Sejujurnya aku agak kaget dengan cara berpikirku yang sekarang, karena rasanya dulu aku secupu itu. Mungkin kuliah memang memberikan banyak pengaruh juga.

Apalagi sejak menjadi salah satu penerima beasiswa. Beberapa pola pikirku jadi berubah karena bertemu dengan banyak orang-orang yang hebat secara prestasi dan finansial (iya duitnya hebat).

Tapi ada beberapa yang paling terasa. Yang pertama, adalah walaupun di enggak enggak, ternyata punya duit itu bener-bener suatu privilege apalagi buat mengembangkan diri. Masalahnya adalah, anak-anak di djarum itu punya duit, dan punya kemauan. Loh kok masalah? Masalahnya adalah aku jadi iri, sekaligus marah ke orang-orang yang punya duit tapi ngga dimanfaatkan dengan baik. Ini nggak begitu berpengaruh ke hidupku selain aku jadi kepikiran buat menciptakan privilege buat aku di masa depan. That is one of my goals, at least, my children must being a privilege person financially. Nggak kaya emaknya yang selama kos beli makan ayam tepung di bagi dua, buat dua kali makan. He/she must have freedom to choose what they wanna do. Cause if I can't reach what I wanna do right now (to become free as an artist cause I'm too poor to stand to my dream), they have to get that freedom, so they can have a happy life (walaupun aku belum tau cara ke arah sana selain mengorbankan diri sendiri mati-matian, namanya juga harapan).

Dan yang kedua. Aku pengen pergi, ke semua tempat yang belum aku datangi, nyoba makanan-makanan yang belum pernah aku cicipi. It's one of my dream too (selain jadi fulltime artist).

Hal ini aku rasain sejak pertama kali naik pesawat buat terbang ke Surabaya. Kalau ngga dapet beasiswa, mungkin aku nggak akan pernah nyentuh Surabaya. Dari situ ada beberapa hal yang aku sadari, diantaranya, aku suka pemandangan dari pesawat. Liat langit bersentuhan sama laut, tapi gaada ujungnya. Seolah-olah langit lagi kasih tau: "Luas banget loh dunia, lo belum liat apa-apa kalo cuma diem di Rancaekek." A bit scary, but I love it. Coba hal baru selalu seram, tapi sekaligus seru.

Kemudian, perasaan itu juga muncul ketika aku ngobrol kedua kalinya sama teman-teman dari berbagai belahan di Indonesia. Kalau kata Rifad, dia nemu mini Indonesia di UI, kalau aku nemu mini Indonesia di djarum. Dari Aceh sampai Papua ada. Semuanya khas, dan kaya yang aku bilang, semuanya hebat-hebat. Fariska si Cici Jakarta, Sandra si bu dokter, Rahma si anak Fashion Festival tingkat internasional dan banyaaaak lagi. Denger semua pengalaman mereka, gimana mereka keluar kota atau keluar negeri, aku mau. Aku juga mau pergi dan lihat, sebenernya ada apa sih di luar sana? Aku mau lihat Raja Ampat tempat Lonny tinggal, aku juga mau lihat Gunung Botak yang sering Acel bangga-banggain. Ternyata dunia itu luas banget loh, bukan cuma Cicalengka, Rancaekek sama Setiabudhi. Sejujurnya aku nggak mau menetap di sini, aku mau keluar, cari tau hal baru, bersenang-senang, being free.

Tapi sejauh ini, dua harapan itu ngga sinkron sama sekali. Yang satu ngeharusin aku buat save money buat hal-hal yang lebih penting dan prioritas. Yang satunya ngarahin aku buat lebih milih beli pengalaman daripada buat kebutuhan yang bikin duit gakerasa abisnya buat apa. Bingung, iya, sedih, iya. Rasanya pengen jadi anak Bill Gates aja.

Gitu aja kali ya. Buat yang kebetulan baca, minta doanya ya supaya harapan-harapan itu bisa terkabul dan dipermudah jalannya. Gaada yang ga mungkin, mungkin. Thank you!