Monday 23 November 2015

Rainy Days


Musim hujan sudah datang. Aku benci musim hujan. Kenapa? Soalnya hujan membuatku basah. Aku benci jika basah dan kedinginan. I really love summer!
            And here i am, di depan kelas, terjebak diantara hujan, lupa membawa payung. Damn it! Harus sampai kapan aku menunggu? Aku ingin pulang!
            Kulirik arloji di tangannku, sudah pukul 14.48, satu jam lebih aku disini! Aku sungguh ingin pulang, tapi tak ingin basah. Tolong! Siapapun, pinjamkan aku payung!
            Tiba-tiba seseorang berlari ke arahku. Tubuhnya basah kuyup. Ia mengenakan baju futsal sekolah kami. Ia teman sekelasku, Andre.
            “Rana? Sedang apa? Jam pulang kan sudah dari tadi?” tanya-nya.
            “Aku nunggu hujan reda.” Jawabku. Keningnya berkerut.
            “Inikan cuma gerimis, basah sedikit nggak apa-apa dong?” tanya Andre lagi. Aku mendelikan mata, tak menjawab. Kulirik ia yang basah kuyup.
            “Nih, pakai ini.” kusodorkan sapu tanganku.
            “Eh beneran? Makasih.” jawabnya. Kemudian hening.
            “Kamu habis latihan futsal?” kupecahkan keheningan. “Sambil hujan-hujanan?”
            “Yap. Menyenangkan loh bermain sambil hujan-hujanan. Kamu harus coba!” Andre nyengir. Aku menghela nafas.
            “Nggak, aku benci hujan. Aku nggak suka jadi basah.” Aku menjawab agak ketus sedangkan Andre memberikan tatapan seperti ‘kenapa sih cewek ini?’. Tapi kemudian ia mengeluarkan sesuatu dari tasnya.
            “Pakai nih. Aku pulang duluan ya!” Kemudian Andre berlari ke tengah hujan yang tengah mereda. Kutatap ia sampai menghilang lalu menatap payungnya. Ia pulang hujan-hujanan lalu ia memberikan payungnya padaku?
            “Cowok bodoh.” Gumamku.
***
            “Andre!”
            Cowok tinggi itu menengok lalu berlari kecil menghampiriku.
            “Kenapa, Ran?” tanya-nya. Kusodorkan payung putih miliknya.
            “Makasih ya, aku tertolong kemarin.” ujarku tulus. Andre nyengir dan menerimaya.
            “Sip deh! Eh, Ran, kita kan belum beli bahan buat tugas prakek kimia. Nah, rencananya aku, Kara sama Dani mau belanja Minggu. Kamu bisa pergi nggak kalau Minggu? Tinggal kamu aja nih yang belum dikasih tau.” Ujar Andre. Aku berpikir sejenak.
            “Oke, minggu aku free kok.” Aku tersenyum, Andre juga tersenyum. “Sip deh!” Ia mengacungkan  jempolnya lalu pergi.
***
            Aku berlari kecil menghampiri Andre yang terlihat sudah siap berangkat.
            “Mana yang lain?” tanyaku, Andre menggeleng.
            “Semuanya nggak bisa. Kara sakit, Dani ada acara mendadak. Jadi kayaknya Cuma kita berdua deh.” Jawabnya. Aku terdiam. Masa berdua?
            “Iyadeh, gaada waktu lagi soalnya. Yuk berangkat, nanti kita ketinggalan kereta.”
            “Eh? Oh, kita naik kereta?” tanya-nya dengan wajah lugu.
            “Iyalah! Emangnya mau naik apa lagi?” jawabku dongkol. Kenapa sih dia begitu bodoh?
***
            “Sudah semuanya kan?” tanyaku.
            “Udah nih. Yuk pergi.” Jawab Andre. Kami pun melangkah pergi keluar toko. Sudah cukup lama kami berkeliling dari toko satu ke toko lain. Lelah dan lega sekali rasanya sudah berakhir.
            “Rana, makan dulu yuk. Aku lapar.” pinta Andre, wajahnya memelas. Tega sekali jika aku tak mengiyakan permintaannya.
            “Boleh deh. Aku juga lapar.” ujarku. Lalu kami berjalan mencari pedagang kaki lima terdekat dan akhirnya menemukan tukang mie ayam yang tidak terlalu ramai pengunjung, kami pun memutuskan untuk makan disana.
            Saat makan, Andre terus-terusan mengoceh, ia benar-benar tak bisa diam. Tapi ia selalu mebuatku mau tak mau tertawa mendengar ucapannya. Tapi kemudian ia bertanya serius.
            “Kamu, beneran nggak suka hujan? Nggak pernah hujan-hujanan?”
            “Nggak. Kan udah kubilang aku benci jadi basah.” Jawabku. Andre terdiam, ia memainkan mie ayamnya tanpa dimakan selama beberapa saat. Aku menatapnya, menunggu jawaban.
            “Padahal aku suka hujan.” ujarnya pada akhirnya.
            “Kenapa?” tanyaku.
            “Kadang suka sama sesuatu nggak perlu ada alasannya kan?” jawabnya sambil tersenyum sok misterius. Aku tertawa geli, gemas melihat wajahnya.
            “Apaan sih, haha.”
            “Eh, kita makan berdua kaya gini, kaya lagi nge-date ya?” celetuknya tanpa rasa bersalah. Nge-date? Jangan bercanda. Aku tertawa kecil menanggapi ucapannya. Dia juga tertawa, lalu akhirnya dia kembali mulai melontarkan cerita-cerita lucu. Aku selalu tertawa mendengar joke-nya. Dia membuatku nyaman walaupun kami hanya berdua disini. Aku bahkan tidak merasa canggung saat dia membicarakan soal nge-date seolah kami ini pacaran. Pacaran dengan Andre? Memikirkannya pun aku tak pernah. Tapi bagaimana ya kalau itu terjadi?
            Selesai makan kami langsung pulang. Untuk menuju stasiun kami perlu jalan agak jauh. Dan saat sedang tenang-tenangnya berjalan, bencana datang.
            “Wah hujan!” ujar Andre. “Ini Ran, pakaikan jaketku di kepalamu, nanti kamu basah!” Andre menutupi kepalaku dengan jaketnya tanpa sempat aku menolak. Lalu ia menarik tanganku dan kami pun berlarian di tengah hujan yang makin deras. Tak ada tempat berteduh dimana pun. Lalu, tanpa diduga, ditengah keadaan kami yang sedang rusuh ini, Andre tiba-tiba tertawa.
            “Menyenangkan bukan?” tanya-nya. Mendengar itu, entah kenapa aku juga ikut tertawa bersamanya. Perasaan senang ini, entah kenapa tiba-tiba datang. Saat tanganku di genggamnya, jaketnya yang menutupi kepalaku, kami yang berlari di tengah hujan, dan aku tertawa. Baru kali ini aku merasa nyaman dengan keadaan basah. Apa aku juga suka hujan?
***
De Javu
            Here i am, di depan kelas, terjebak di antara hujan, sengaja menunggu disini. Aneh? Aku tidak aneh kok! Memangnya salah?
            Kulirik arloji di tanganku, pukul 14.48 dan aku masih berdiri di sini. Apa? Aku tidak menunggunya kok!
            “Rana? Sedang apa kamu?” Aku menoleh. Dia datang!
            “Kamu lupa bawa payung lagi? Tapi hari ini aku nggak bawa payung.” ujarnya lagi.
            “Eh.. aku.. cuma.. cuma.. mau nagih sapu tanganku kok! Lagian aku nggak niat pinjam payungmu lagi.” Big lie detected. Andre menatapku aneh.
            “Kamu dari tadi di sini? Cuma mau nagih sapu tangan?”
            “Eh.. eh.. nggak! Emangnya aku nggak boleh diem di sini?” Salting detected.
            Ia pun mengeluarkan sapu tanganku dari tasnya.
            “Eh? Boleh kok. Nih, tadinya mau aku kasih di kelas, tapi nggak sempet terus. Maaf ya.”
            “Mm, oke, makasih.” Kusambar sapu tanganku dari tangannya. Dia tersenyum, jantungku mau meledak. Shy detected. Aku memalukan! Suasana hening.
            “Kamu, mau pulang kapan?” aku memberanikan diri bertanya.
            “Eh itu, aku nemenin kamu dulu aja sampai hujannya reda deh, sekalian bareng aja.” Jawab Andre, ia menggaruk belakang kepalanya, terlihat ragu. Aku tertegun, Andre, mau pulang bareng aku? Yeay! Eh, apa?! Aku nggak seseneng itu kok!
            “Aku.. lagi buru-buru, kita pulang sekarang yuk?” genit detected.
            “Sekarang? Kan masih hujan?” tanya-nya bingung.
            “Aku udah nggak takut basah kok.” Jawabku. Karena kamu, lanjutku dalam hati. Andre tersenyum dan mengulurkan tangannya.
            “Yuk.”
            Aku membalas senyumnya, lalu kuraih tangan itu. Kemudian kami sudah berlari di tengah hujan. Apa lagi? Jangan tatap aku seperti itu! Uh, oke kamu menang! Ini rahasia ya, sebenarnya ada payung di tas-ku, tapi aku tetap ingin berlari ke tengah hujan, bersama Andre. Well, karena, aku mulai suka hujan mungkin? Atau mungkin... suka cowok bodoh di sampingku.

***


Cerpen ini gue bikin pas kelas 11 buat ikut lomba di majalah. <<KELAS 11 loh!>>. Gue juga agak kaget pas baca ulang tadi malem ‘Wah, kok bisa sih?’. Dan mungkin hanya beberapa orang yang ngerti maksud ungkapan diatas. Judul aslinya itu “In The Rain” dan gue ganti untuk beberapa alasan. Isi cerita utuh, Cuma agak gue edit sana-sini untuk memperapi aja. Gue dengan bangga menyebutkan bahwa ini adalah salah satu cerpen dimana pas bikinnya gue gak lagi baper, jadi ini full bukan curhat (Nah, Yoga 'Pandu' Aditya, kamu harus mencontoh ini kali-kali, nak). Dan bulan-bulan ini gue banyak bahas hujan ya? Lagi musim soalnya(?) *yaterus*. At last, semoga lo suka ;)

Friday 20 November 2015

(Tentang) Aku dan Hujan

Hujan pernah menjebak kita di sekolah.

Sebagian orang hanya merasa basah dan kesal.

Tapi Aku berbeda.

Aku memang merasa basah, tapi aku juga merasakan tiap tetes dingin yang jatuh ke permukaan kulitku,

Merasakan bahwa pemandangan tiap rintik air yang jatuh dari ujung atap itu indah,

Menikmati samar-samar suara tawa orang-orang yang bermain air,

Merasakan aroma tanah yang tak biasa,

Merasakan sedikit percikan gembira saat melihat ada kamu berdiri di ujung lorong, mendongkak ke atas, menikmati hujan bersamaku.

Monday 16 November 2015

Deg!

"Mau jadian sama aku nggak?"

Aku tersentak. Pesan singkat itu tertera dengan jelas di layar ponselku. Senyum bibirku mau tak mau tersungging tertahan.

Dia mengatakannya...

Aku membenamkan ponselku di atas dada. Pesannya tak kubalas. Aku hanya tersenyum seperti orang gila, menikmati tiap debar yang terasa lebih cepat dari biasanya.