Wednesday 13 June 2018

Di Stasiun

Aku melangkah masuk ke stasiun kereta bagian dalam. Sebagian dari diriku bertanya-tanya, apa mungkin bisa aku bertemu dengannya hari ini.

Dia selalu pulang setiap hari senin naik kereta.

Ucapan Nata terngiang. Aku menghela nafas.

Malam ini membuat bulu kudukku merinding, aku mengusap-usap tanganku agar bisa menghangatkan diri. Stasiun juga sepi. Aku mencari tempat duduk dan pandanganku mulai berkeliling.

Tidak ada. 

Tidak ada. 

Tidak ada. 

Tidak ada. 

Mungkin dia memang tidak ada. Yaampun, Bunga. Kamu kira berapa orang yang suka pulang malam-malam begini? Jika tidak ada kegiatan di klub gambarku pun pasti aku akan lebih memilih pulang agak sore. 

Mendesah panjang pasrah, aku pun mengeluarkan buku sketku. Daripada mencari-cari yang tidak ada, lebih baik aku melakukan hobiku saja. Membuat sketsa.

Aku mulai memperhatikan lagi ke sekeliling, mencari objek yang sekiranya bisa aku gambar. Objek manusia yang tidak banyak bergerak. Kutemukan satu di depanku. Seorang wanita yang nampaknya lebih tua dariku, namun tetap masih muda. Mungkin usianya duapuluhan. Aku mulai menggoreskan pensilku.

Membuat garis, menebalkan garisnya, mengarsir.

Aku suka saat gambarku menjadi lebih hidup ketika aku mempertebal garisnya. Garis yang tegas membuat gambar menjadi lebih cantik. Wanita yang kugambar agak berbeda dengan aslinya. Wanita di depanku terlihat kaku dan agak gelisah karena ia terus memperhatikan jam tangan yang melingkar di tangan kirinya. Mungkin ia sedang mengejar waktu. Memberi perubahan sedikit, kuukir senyum di bibirnya. Hal ini membuat aku mau tak mau ikut tersenyum.

"Melihat orang tersenyum membuat ingin tersenyum juga ya?"

Aku menoleh secepat suara yang tiba-tiba muncul. Kavin tersenyum manis di sampingku. Detak jantungku berhenti seketika.

"Eh, hai.." aku dapat mendengar kegugupan dari suaraku sendiri dan merasakan rasa bahagia yang membuncah di dada. Dia Kavin. Potongan cerita masa SMA-ku. Orang yang pernah kuberi sketsa wajahnya diam-diam tanpa ia tahu sampai sekarang.

"Lama tak jumpa." ujarnya lagi masih dengan senyum yang sama. "Masih suka membuat sketsa ya?"

Aku tercengang.

Dia bilang apa?

"Haloo?"

Tangannya melambai-lambai ke depan wajahku yang kaku sepersekian detik. Bibirku menganga sedikit, berusaha mengeluarkan suara yang tetap tertelan didalam saking kagetnya.

Astaga. Dia tahu.