Sunday 12 April 2020

Bahagia Karena Melihat Orang Lain Bahagia?

Sebelumnya aku mau menjelaskan sedikit kalau mulai sekarang aku ingin mencoba menuliskan kegelishan-kegelisahanku di blog. Beberapa waktu ini aku menyadari betapa banyak hal yang ingin aku tuliskan karena tidak bisa aku ungkapkan secara langsung. Biasanya kegelisahan-kegelisahan ini lebih banyak mengenai hal negatif, tapi aku akan mulai dengan sesuatu yang positif, aku pikir hal ini perlu untuk memperbaiki pola pikirku yang cenderung kelam.

Alasan lain aku mau menulis hal ini selain untuk produktif adalah tulisanku sulit untuk tembus ke media manapun karena terlalu payah, jadi biarlah aku produktif di blogku sendiri.

Kegelisahan pertama yang akan kutuliskan hari ini adalah mengenai aku yang baru sadar beberapa waktu ini, jika dalam beberapa waktu seringkali aku bahagia ketika melihat orang lain bahagia.

Kasus pertama ketika aku menyadari hal ini adalah ketika suatu hari, pacarku tengah mengantarku dalam perjalanan pulang ke rumah (Rancaekek) dan tiba-tiba saja motor yang kami kendarai agak bermasalah karena suaranya menjadi berbeda (setidaknya itu yang aku pahami, suara motor berbeda = motor bermasalah). Dan pacarku bilang motornya memang menjadi agak tidak nyaman untuk dikendarai. Saat itu sudah menjelang malam dan langit sudah menggelap, tidak biasanya dia mengantarku sampai malam begitu. Akhirnya mencegah mogok di tengah jalan kami memutuskan untuk kembali ke jalan yang telah dilewati sebelumnya karena ia melihat ada bengkel yang buka di sana.

Sampai di bengkel yang entah di daerah mana itu (aku buta jalan), ia langsung menemui seorang montir tua yang aku pikir mirip dia ketika tua nanti (paham motor, kurus, suka memakai jins dan kaos hitam). Mereka mulai membicarakan hal-hal tentang motor yang tidak aku mengerti. Aku sejujurnya tidak begitu suka bengkel, karena bengkel nyaris tidak pernah menyediakan tempat duduk untuk kami, para wanita (atau penumpang motor) sehingga kami harus berusaha mencari tempat duduk sendiri dan seperti yang kita ketahui bersama, ketika motor masuk bengkel, tidak mungkin kita hanya sebentar di sana.

Pacarku sendiri, setiap membengkel bersamaku, seringkali lebih memilih bersama motornya karena katanya takut bengkel melakukan hal-hal curang pada motornya, seperti mencuri perintilan motornya yang kecil-kecil tapi penting atau apalah. Dan aku terpaksa harus menyibukkan diri (yang terkadang aku juga ikut memperhatikan proses perbaikan motornya).

Saat itu sudah malam, aku terpaksa pulang terlambat dan harus menunggu berjam-jam sampai motor selesai diperbaiki, harusnya aku kesal bukan? Ternyata tidak. Aku menikmati setiap menitnya walaupun sesekali jenuh, dan yang paling membuatku bingung adalah ketika aku merasa senang ketika melihat pacarku, berdiri di samping motornya, mengobrol dengan montir dan tersenyum ketika melakukan obrolan yang hanya mereka mengerti sendiri, dan ketika pacarku bilang "Aku jadi punya kenalan baru di sini." aku juga ikut merasa senang, karena aku tahu segala yang berkaitan dengan motor membuat ia selalu tertarik.

Malam itu, ketika ia minta maaf karena membuatku terlambat pulang, aku hanya tersenyum dan bilang "Gapapa kok!".

***

Kasus kedua masih berkaitan dengan pacarku. Kami sering sekali teleponan ketika waktu senggang. Suatu hari ia sedang menonton serial kartun favoritnya, The Amazing World of Gumball. Pertama kali aku mencoba menonton kartun itu, responku adalah: "Apaan sih ga rame, gajelas, tokohnya aja gambarnya beda-beda, ngewa". Tapi pacarku suka sekali dengan kartun ini, ia sering tertawa dan berkata "Hahahaha, liat, ga jelas pisan". Aku menyimak dengan tatapan datar dan mulai berpikir apa kotak tertawaku rusak?

Tapi yang membuatku lagi-lagi bingung adalah, aku merasa senang mendengar dia tertawa. Dan aku selalu senang karena aku tahu dia sedang senang juga. Sampai sekarang pun aku suka sekali mendengar dia tertawa, walaupun bukan karena Gumball, kartun kucing aneh yang memiliki ayah seorang kelinci, ibu kucing, saudara perempuan kelinci dan ikan yang berkaki.

***

Selanjutnya adalah ketika acara UPI Bookpedia 3, dua tahun lalu (wah, aku sudah tua ternyata). Ketika itu kami harus memural dinding untuk melakukan promosi acara kami. Aku membantu proses mural dengan angkatan 2017 lainnya beberapa diantaranya adalah Yasmine dan Cintami. Kami bertiga sama-sama menyukai seni dengan cara kami masing-masing dan kami juga adalah orang-orang yang gagal memasuki jurusan seni karena kendala yang berbeda-beda. Ketika itu rasanya menyenangkan sekali bisa bekerja dengan mereka karena frekuensi yang sama (padahal dasarnya kami orang yang berbeda-beda).

Ketika itu, aku sedang berada di samping Yasmine, Mine, dia sedang mewarnai dinding dengan kuas, serius sekali, seperti bukan mine yang biasanya. Di situ rasanya aku bisa melihat, ia benar-benar menyukai hal ini. Kali ini tidak ada raut bahagia yang muncul, tapi raut wajah yang serius itu, aku tahu kalau ia sangat menyukai bidang ini, auranya berbeda. Aku teringat suatu kasus mengerikan yang menimpa mine karena ada kesalahpahaman, seseorang berkata kasar mengenai dia yang tidak bisa melakukan apa-apa (kata-katanya kasar sekali sampai aku tidak tega menyebutkannya), dan sampai membuat dia down. Tapi rasanya kata-kata itu tidak ada artinya lagi ketika aku melihat dia hari itu, dia punya aura sendiri, ketika ia sedang melukis, dan aku merasa dia lebih cantik ketika sedang melukis (terlepas dia memang cantik). Ini nyambung tidak ya dengan judul, aku rasa ia, aku tahu dia senang melukis dan aku senang ketika melihatnya melukis.

***

Kasus terakhir (sepertinya masih banyak tapi tidak mungkin aku sebutkan satu-satu kan), berkaitan dengan adikku yang brengsek.

Sejak aku berkuliah, aku jadi jarang ada di rumah dan hanya pulang seminggu atau dua minggu sekali karena kegiatan yang padat di kampus. Ketika pulang, aku nyaris selalu merasa, adikku senang, walaupun ia tidak menunjukkannya. Dan karena hal ini, aku selalu merasa aku butuh pulang (walaupun aku sedang tidak mau) karena aku perlu menemui keluargaku.

Ketika pulang, aku selalu mengusahakan untuk membawa sesuatu, minimal untuk adikku jika tidak bisa untuk semuanya karena aku ingin melihatnya senang ketika aku melemparkan Potabee ke kasur. Sesederhana itu aku bisa merasa tenang dan senang, dengan melihat setitik kebahagiaan orang lain.

Apa kalian pernah merasakan hal yang serupa? Aku ingin tahu.