Friday 19 February 2016

Untuk Si Penggemar Miku

Hei, An,

Kapan kita kenal? Sudah cukup lama sepertinya. Berbulan yang lalu mungkin? Aku lupa.
Dipertemukan di sebuah room apakah hal yang istimewa? Kemudian lama-lama mulai berbincang. Kau biasa saja, seperti laki-laki pada umumnya. Bahasamu sama. (Well, apa sih yang aku tahu tentangmu selain caramu menulis pada chat?)

Tapi setelah itu dikemudian hari, aku sempat se-room lagi denganmu di room lain. Kau agak congkak karena lebih jago dariku. Kau juga bilang tak peduli dengan segala urusanku. Kemudian hari itu, aku benar-benar menganggapmu seorang yang menyebalkan. (Pasti kau tak ingat, hahaha).

Kemudian tiap aku masuk room, seperti yang lainnya, kau suka menyapaku, aku hargai itu dan hubungan kita pun biasa saja seperti yang lain juga, tidak ada yang istimewa.
Semuanya berubah sejak kau sering menggodaku.

"Aku sama mahda aja deh."
"Mahda mana?"
"Yah mahda pergi :'"

Tidak sampai disitu. Semua orang juga jadi menggoda kita. Reaksiku? Aku malu, kau tahu? Aku malu dan aku sangat senang. Pers*tan dengan perasaan ini, kau benar-benar cowok yang menyebalkan sekarang. Tahu tidak aku jadi lebih senang on malam hanya karena ingin bertemu denganmu? Aku bahkan tertawa-tawa tiap dini hari karena membaca pesan-pesan itu. Kau buat aku seperti orang gila, An. Padahal... Siapa sih kau?\

Kemudian aku mulai terbawa perasaan. Dengan lancang aku menuliskanmu dalam salah satu ceritaku: Diam, seperti yang selalu aku lakukan jika sedang jatuh cinta pada seseorang. Kau melihatnya, aku tidak tahu bagaimana, dan kau bilang kau juga berdebar. Aku tersenyum sambil berdebar mengetahui hal itu.

Kita belum pernah bertemu, aku tidak tahu kau siapa dan aku takut ini tak berhasil. Jadi, saat kau bilang 'suka', aku memang berdebar, tapi aku tidak bisa seperti, aku tidak mau. Mungkin ini karena trauma masa lalu pada cowok dunia maya yang sebelumnya pernah 'gagal' denganku. Entah berlebihan atau tidak, tapi memang seperti itu.

Hei, An.

Kita sudah jarang satu room lagi. Aku ingin seperti dulu. Bisa tidak? Aku...kangen. Kau sekarang jauh sekali rasanya. Aku takut kita 'berakhir' selagi waktu ini terus berlalu. Aku tidak mau.

Hei, An.

Tapi, maaf ya.. Entah aku naif atau tidak, rasanya aku tetap salah. Dan juga, terima kasih untuk semua perasaan berbunga-bunga itu. Itu membuatku senang selama beberapa waktu dan melupakan beberapa masalahku di dunia nyata. Sekali lagi, terima kasih.
Hanya itu, jaga dirimu ya!



Dari, aku

No comments:

Post a Comment