Wednesday 18 May 2016

A Note



"Aku menunggumu sepulang sekolah di belakang tempat parkir. Ada yang harus aku katakan." Bunyi kertas kecil berwarna merah muda itu. Nayla menempelkannya di bagian dalam pintu loker Dani kemudian berlalu beberapa detik kemudian.

***

Ia duduk di sebuah kursi batu panjang yang sudah berlumut. Menunggu Dani. Di tangannya tergenggam lima permen loli yang sudah ia bentuk seperti rangkaian bunga. Khas Nayla sekali. Tempat ini jarang didatangi orang jadi Nayla hanya sendirian dan memang itu yang dia inginkan.

5 menit.

10 menit.

30 menit.

45 menit.

Laki-laki itu belum juga datang. Sampai akhirnya satu jam sudah berlalu. Nayla mulai gelisah. Ia berkali kali duduk dan berdiri sambil berulang kali pula mengecek jam tangan biru yang melingkar di tangan kanannya. Tapi laki-laki itu benar-benar tak datang.

Nayla memutuskan untuk menengok ke area sekolah, memastikan jika laki-laki itu benar-benar tidak datang.

Akhirnya Nayla melihatnya.

Dani sedang berjalan kemari, melintasi lapangan parkir yang cukup luas. Tapi yang membuat hati Nayla mencelos adalah, ada seseorang di belakangnya. Olivia. Ternyata Dani sama sekali tidak ada niat untuk menghampiri Nayla. Dani berjalan menuju motor ninja merahnya diikuti Olivia. Kemudian mereka berdua naik dengan kedua lengan Olivia melingkar di perut laki-laki itu. Lalu mereka pun berlalu begitu saja, begitu cepat, sampai Nayla tidak mampu memproses apa yang ia lihat di depan matanya sendiri. Ia hanya tertegun, dan tenggorokannya tiba-tiba terasa sangat sakit.

***
Gadis itu melangkah gontai, masuk kembali ke area sekolah dengan seikat permen di tangannya yang mulai terlihat berantakan. Berjalan menyusuri lorong yang sudah sepi, menuju ke tempat loker berada.

Ia berdiri menatap loker Dani yang sejajar dengan kepalanya, kemudian saat tertunduk tak sengaja ia melihat sebuah kertas merah muda dengan posisi terbalik tepat didepan kakinya. Dipungutnya kertas itu, ia mulai membaca isinya:

"Aku menunggumu sepulang sekolah di belakang tempat parkir. Ada yang harus aku katakan."

Nayla menatap kertas itu nanar.

"Tidak sampai ya?" gumamnya sangat perlahan dan penuh penekanan. Senyum terkembang di wajahnya, mencibir dirinya sendiri yang merasa sudah sangat bodoh. Ia menunduk dalam-dalam, sedalam rasa kecewa yang kini membuncah dihatinya. Kemudian butir-butir bening mulai jatuh dari pelupuk matanya, langsung menjejak tanah, tanpa sedikitpun membuat pipinya basah.


***

Didedikasikan untuk Farrel, si cowok basket yang udah jadi pacar Luna :))

No comments:

Post a Comment