Saturday 29 October 2016

Saat Orang Tersayang Pergi

Delia menatap wajah kekasihnya dengan tatapan nanar. Hatinya dipenuhi luka melihat Andi terbaring tak berdaya di atas seprai putih itu. Tapi ada yang membuatnya lebih terluka lagi.

"Kalaupun kau bisa bertahan sampai sekarang bukan untukku atau karena aku, aku tetap bahagia," dia menatap Andi dengan senyum tulus nan pilu. "aku bahagia kau masih ada disini."

Hening sesaat.

"Kau pasti sangat mencintaiku ya?" Andi tersenyum bimbang lalu menatap Delia dengan sedih. "Apa dulu aku juga seperti itu?"

***

Yak, benar teman-teman. Andi hilang ingatan. Cerita ini terispirasi dari pengalaman gue ketika naik kereta. Sama sekali nggak nyambung memang, tapi coba kalian simak.

Suatu hari gue sedang dalam perjalanan pulang naik kereta. Gue mendapat kursi di samping tiga orang ibu-ibu yang sedang bergosip ria. Jika dilihat mereka bertiga baru saling kenal, soalnya masing-masing turun di stasiun yang berbeda.

Beberapa saat gue nggak ngerti sama obrolan mereka, tapi ketika salah satu ibu itu turun. Gue bisa mendengar dengan jelas.

"Ibu tadi sih enak. Suami nya masih ada. Kawin cerai berkali-kali kan cuma biar bikin panas suaminya yang dulu. Lah kalau saya? Suami saya udah gaada. Mau nikah lagi rasanya malah nggak enak. Anak-anak dirumah udah pada berkeluarga. Saya sendirian sekarang di rumah. Makannya sekarang kalau pulang ke rumah tuh sedih. Biasanya kan ada suami saya yang pulang duluan. Eh, sekarang gaada. Sedih banget saya." ibu itu berbicara dengan nada yang tegar seolah dia kuat, tapi dari kata-katanya aja udah ketauan kalau dia sedih dan kesepian banget. Sedih gue kalo inget soal ini.

Btw, nggak bermaksud menguping, si ibu cerita depan muka gue, jadi kedengeran. Dan lagi ini tempat umum kan?

Gue cuma jadi membayangkan kehidupan seorang single parent. Pasti berat banget. Harus nanggung itu ini sendirian. Biarpun udah cukup umur, tapi ditinggal pasangan pasti nggak pernah enak. Dulu juga waktu nenek gue wafat, kakek gue sendirian. Dan gue inget waktu itu sepupu gue bilang: "Kakek juga kayaknya udah pengen nyusul nenek.". Gue pun mikir, iya juga ya, ditinggal sama orang yang udah membina kehidupan bersama-sama selama bertahun-tahun pasti berat. Dan parahnya, kita gak bisa berbuat apa-apa kalau udah bahas soal 'kematian'. Karena kita nggak bisa minta kapan, atau tau kapan itu bakal terjadi.

Well, gue gatau harus bilang gimana lagi. Agak aneh gue post beginian. Mungkin pesan gue yang terakhir, jangan sia-siakan orang tersayangmu yang masih ada sampai sekarang. Jangan lupa bersyukur.

Oke. Itu aja.

Kerub

Aku lupa bagaimana cara menulis puisi
Tapi aku begitu ingin menuliskan yang satu ini

Kerubku
Dialah yang dibilang lebih tinggi kedudukannya dari malaikat
Dengan enam sayapnya
Wajah serupa nirwana
Dan matanya bisa membuatmu tenggelam melebihi dalamnya palung samudra.

Edited.